Pantai dengan pasir putih banyak ditemukan di sepanjang pesisir di Provinsi Maluku, salah satunya terletak di Pulau Tujuh, pulau-pulau kecil yang berada tidak jauh dari Desa Pasanea, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah. Pulau Tujuh memiliki potensi wisata bahari yang indah, tingginya keanekaragaman hayati juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Apalagi desa Pasanea juga termasuk salah satu desa yang ada di dalam Calon Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) Seram Utara dan Seram Utara Barat. Kawasan Konservasi ini bahkan telah dicadangkan oleh Gubernur Maluku dalam Surat Keputusan Nomor 329 tahun 2019.
Laut merupakan sumber penghidupan bagi 1.254 penduduk desa Panasea yang mayoritas bekerja sebagai nelayan. Kelestarian alam dan sumber daya perikanan di Pulau Tujuh sangat bergantung pada kesadaran masyarakat dalam menjaga laut dan ekosistemnya. Aroy Harun, pemuda asli Desa Pasanea, tergerak untuk meningkatkan kesadaran dan semangat masyarakat dalam menjaga ekosistem laut dan pesisir. Aroy sedih melihat banyaknya sampah yang berserakan di pesisir pantai setiap hari.
”Hampir setiap hari beta ajak beta pung tamang par bercerita tentang pentingnya katong jaga laut dan pantai yang katong pung, agar tetap terjaga, tapi dong seng perduli apa yang beta bilang, malahan dong tinggal asyik main HP sa. (Hampir setiap hari saya ajak teman-teman saya untuk bercerita tentang pentingnya menjaga laut dan pantai yang kita punya agar tetap lestari, tetapi mereka tidak peduli, dan malah asik main HP),” ujar Aroy yang sehari-hari bekerja sebagai pemandu wisata.
Awalnya apa yang dilakukan Aroy ditanggapi negatif oleh sebagian masyarakat, Aroy mendapat cacian dan hinaan, bahkan perahu fiber yang biasa ia gunakan untuk mengantar wisatawan berkeliling Pulau Tujuh menjadi sasaran kekesalan pemuda setempat. Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk terus mendekati dan mengajak para pemuda yang ada di Desa Pasanea untuk ikut andil dalam menjaga ekosistem laut.
Berkat kegigihannya, pemuda di Desa Pasanea mulai tertarik membantu Aroy dalam kegiatan sosialisasi pelestarian laut hingga terbentuk Komunitas Darwis (Sadar Wisata). Pada tanggal 27 Januari 2020, Aroy dan Komunitas Darwis memulai aksi pertama mereka yaitu aksi bersih laut dan pantai serta sosialisasi kepada masyarakat Desa Pasanea untuk tidak membuang sampah plastik ke laut maupun pantai.
Kegiatan ini juga didukung oleh Polsek Pasanea, Kodim Patimura, Dinas Agama, dan Siswa-Siswi SMA 20 Seram Utara Barat. Aroy beserta Komunitas Darwis memasang papan himbauan yang berisi informasi waktu yang dibutuhkan berbagai macam jenis sampah plastik hingga dapat terurai. Papan himbauan ini juga digunakan sebagai alat bantu sosialisasi kepada masyarakat dan siswa-siswi SMA Desa 20 Maluku.
Upaya ini dukung oleh USAID Sustainable Ecosystems Advance (USAID SEA) melalui WWF-Indonesia sebagai mitra pelaksana. Sejak terbentuknya Komunitas Darwis, tim enumerator perikanan WWF memberikan pendampingan di setiap diskusi Komunitas Darwis, dan memberikan penyadartahuan tentang dampak yang ditimbulkan jika ekosistem laut dan pantai tidak dijaga.
Komunitas Darwis juga mengadakan penanaman pohon kasuari di dekitar tempat wisata Pulau Tujuh, selain memperindah lokasi wisata penanaman ini juga berfungsi untuk mempertahankan keasrian pulau dan menjaga ketersedian oksigen di sekitar pulau. Komunitas Darwis juga memanfaatkan sisa karung yang bisa di daur ulang sebagai tas belanja (totebag) untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan merubah drum bekas pembuatan aspal menjadi tempat sampah yang ditempatkan di setiap sudut dan bibir pantai Desa Pasanea.
“Beta berharap aksi yang katong lakukan dapat terus diterima oleh masyarakat di tempat katong tinggal dan masyarakat semakin mengerti tentang pentingnya menjaga Ekosistem Laut dan Pantai, Kalo bukan katong siapa lagi. Mari basudara semua jaga katong pung laut dan pantai (Saya berharap aksi yang kita lakukan dapat terus diterima oleh masyarakat di tempat kita tinggal dan masyarakat, semakin mengerti tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan pantai, kalua bukan kita siapa lagi. Mari saudara semua jaga laut dan pantai yang kita punya)” ujar Aroy.
Dengan terbentuknya Komunitas Darwis di Desa Pasanea, masyarakat jadi sangat terbuka untuk mendukung program konservasi seperti melindungi hewan laut dilindungi dan terancam punah agar tidak dimanfaatkan untuk dijual maupun dikonsumsi oleh masyarakat, tentang pelarangan penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang merusak, dan mendukung pembentukan KKP3K Serutbar yang sedang berjalan. Saat ini, proses pembentukan KKP3K Serutbar sedang dalam tahap penyusunan dokumen Rencana dan Pengelolaan Zonasi (RPZ) untuk proses pengusulan penetapan yang ditargetkan selesai pada Juli 2020.
Penulis : Priyo Adi Pamungkas/WWF-Indonesia
Editor : Melva Aritonang/USAID SEA